Puji syukur kepada
Allah SWT atas segala karunia yang tercurah berupa kesempatan dan kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Serta shalawat dan salam kami
persembahkan kepada Rasul teladan Rasulullah SAW.
Kaum santri yaitu orang yang
belajar di pondok pesantren. Disisi lain istilah santri itu
diterapkannya pada kebudayaan orang-orang muslimin yang memegang peraturan
agama dengan keras dan biasanya tinggal di kota ataupun perkampungan yang dekat
masjid. Dalam dunia pemikiran kaum santri yaitu urgensi kebebasan berfikir
dalam islam, ijtihad antara kebutuhan dan permasalahannya. Islam memberikan
posisi yang sangat besar pada akal fikiran pikirannya, iman seorang akan
semakin mantap. Untuk mencapai iman yang sah, seorang santri harus melakukan nadzar(merenung,
berfikir, dan mengadakan penelitian). Dengan itu akan berdampak positif, baik
bagi pengembangan agama dan ilmu pengetahuan maupun bagi pengembangan kemaslahatan
ummat manusia, dan agama islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw akan
benar-benar merupakan rahmat bagi alam semesta.
Pemikiran kaum santri
dalam ijtihad itu mempunyai fungsi dan posisi yang sangat penting, yaitu untuk
mengungkapkan hukum-hukum dan ketentuan mengenai sesuatu hal yang tidak secara
jelas dan dikemukakan dalam al-Qur’an maupun as-Sunnah.
Pemikiran kaum santri
harus mengaktualisasikan nilai-nilai islam dengan tiga cara yaitu
kontekstualisasi dan aktualisasi Al-Qur’an, perubahan sosial dan implikasinya
terhadap nilai-nilai keagamaan dan kemasyarakatan dan islam dan kehidupan
kebangsaan.
Penulisan makalah ini kami susun berdasarkan berbagai buku tentang Kaum
Santri. Semoga penulisan ini bermanfaat dan akhirnya kepada Allah kami memohon
taufik dan hidayah-Nya.
Semarang 10 April 2017
Penulis
Ahmad Syariful
Hidayat
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Meskipun telah banyak yang memperhatikan golongan kaum santri di
pulau Jawa masa kini, namun pentinglah orang mengenal asal-usul golongan kaum
santri. Agar dapat mengerti timbulnya kaum santri sebaiknya diusahakan
memeriksa struktur pengislaman di Jawa sehubungan dengan kebudayaan Jawa
sebagai asal-usul lingkungan bagi golongan-golongan tersebut, dan dapat
menimbulkan pengertian tentang jumlah santri yang makin bertambah sebagai
golongan religius sosial di Jawa.
Telaah terhadap golongan santri memang penting, khususnya untuk
orang yang hendak mengetahui dengan seksama perkembangan islam di Jawa.
Sebagian orang jawa memeluk agama islam namun dapat beberapa ragam dalam
pengalaman ajaran islam. Mereka mengaku orang islam, tetapi sekaligus dalam
kategori umum, pengakuan semacam itu mereka sendiri dengan jelas orang muslim
yang taat menjalankan syariat dengan sunguh-sunguh, sementara cara hidupnya
lebih dipengaruhi oleh tradisi Jawa pra-Islam.
Pembahasan masalah ini menjadi lebih penting karena kaum santri
sekarang masih menunjukkan pengaruhnya kepada bangsa indonesia, khususnya di
Jawa. Pengaruh itu merasuk ke masyarakat Islam Jawa begitu dalam yang tercermin
dalam banyak segi kehidupan komunitas jawa. Karena itu kaum santri telah
menjadi unsur-unsur yang penting dalam proses perubahan sosial, politik dan
kehidupan agama di indonesia.
Golongan kaum santri sebagai golongan
sosio-religius, sosio-politik.Golongan kaum santri pun juga berjuang demi
kemerdekaan Indonesia.
Golongan santri dapat ditinjau paling baik
dalam jangkauan kebudayaan Jawa, sedangkan suku Jawa menempati bagian tengah
dan timur pulau jawa, terutama di Jawa tengah bagian selatan, Surakarta, dan
Yogyakarta, tempat pengarang sebagian besar masa hidupnya sebagai partisipasi
dalam kehidupan agama dan kebudayaannya.
Timbulnya partai-partai politik di Indonesia,
dengan pulau Jawa sebagai pusatnya, tidak terpisahkan dari perkembangan
golongan santri.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kaum santri dan gambaran
umum tradisinya di pulau jawa?
2. Bagaimana ciri-ciri kaum santri dalam
kepercayaan dan amal agama?
3. Bagaimana kaum santri dalam Era Globalisasi?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian kaum santri dan
gambaran tradisinya.
2. Untuk mengetahui cirinya kaum santri dalam
kepercayaan dan amal agama.
3. Untuk mengetahui peran santri dalam Era
Globalisasi.
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kaum Santri dan Gambaran tradisinya.
Makna inti kata dari santri adalah
pelajar sekolah islam, pelajar pondok pesantren, orang yang mendalami agama
islam. Dengan kata itu bahwa di Jawa menekankan pentingnya kesalehan normatif
(shalat lima waktu, puasa ramadhan, berhaji ke makah, dll). Dan mempelajari
teks-teks keagamaan berbahasa arab. Secara umum, memang ada kemungkinan untuk
membedakan antara santri yang menjalankan aspek-aspek ritual dan mistik Islam
Jawa, dan para pembaharu yang memiliki kaitan yang erat dengan gerakan
fundamentalisme dan modernis timur tengah atau asia selatan. Orientasi keagamaan mereka
masing-masing disebut sebagai kaum tuadan
kaum muda.
Kebanyakan santri tradisional berkeyakinan bahwa unsur batindari kehidupan keagamaan lebih
penting daripada bentuk lahir. Namun,
kesalehan luar merupakan ekspresi iman batin dan cara memperkukuh
spiritualitas.
Tokoh yang bernama Geertz menafsirkan dimensi-dimensi ritual dan mistik
kesalehan santri tradisional sebagai produk dari sintetis islam dan sufisme dan
kesalehan normatif di kalangan santri tradisional. Bahkan beliau memandang
ulama’ Jawa tradisional kurang sepenuhnya muslim. Pandangannya tampak berasal
dari zaman sebelum kemunculan modernism pada abad ke-20 yaitu pandangan yang
menganggap bentuk lebih penting daripada isi islam, pandangan ini bahkan dianut
oleh kebanyakan kalangan jawa
“ortodoks”. Islam adalah suatu lapisan simbol-simbol tipis yang melekat
pada inti pekat makna animistik atau hindu-budha.
Santri tradisional, sebagaimana kalangan kaum Sufi Timur Tengah yang
cenderung pada syari’at, berkeyakinan bahwa seluruh persyaratan kesalehan
normative harus di penuhi dulu sebelum memasuki jalan mistik.Dan memandang
sebagai bentuk awal menuju jalan mistik dan menyakini hal itu tidak bisa
diabaikan oleh orang yang mencapai jalan mistik.
2. Ciri-ciri kaum santri
dalam kepercayaan dan amal agama.
Agar dapat membentuk pengertian dasar tentang kepercayaan dan amal agama
para santri, agaknya ada gunanya jika
menempatkan agama-agama yang mempengaruhi orang jawa dalam urutan waktu secara
kronologis.
Setelah zaman prasejarah serta kurun kepercayaan animis, hinduisme tiba
di pulau jawa. Menurut kebanyakan dugaan, jawa dan pulau-pulau sekitarnya
menganut agama hindu dimulai pada abad pertama Masehi, sebaliknya peradaban
india baru mulai maju pada abad ke lima.kerajaan jawa-hindu berlangsung dari
abad kedelapan sampai awal abad keenam belas dan dibagi menjadi dua bagian
yaitu kerajaan jawa tengah dan kerajaan jawa timur.
Hinduisme yang sampai ke jawa merupakan satu bentuk Syivaisme, namun
karena kekurangan data tentang permulaan zaman tersebut maka sulitlah untuk
mengetahui semacam syivaisme manakah itu.Ada bukti bahwa Buddhisme pun dating
ke Jawa dalam beberapa dawarsa terakhri abad ketujuh.
Jelaslah bahwa pulau Jawa pada berbagai zaman telah kerasukan agama yang
berlainan : adapun agama islam telah menjadi agama yang terkemuka di Jawa
selama 350 tahun terakhir. Meskipun
terjadi perubahan-perubahan tersebut, sebagian besar penduduk Jawa.
Kepercayaan kaum santri dengan kaum abangan berbeda yaitu jika dilihat
dari berbagai segi. Diantara para santri perhatian terhadap ajaran agama Islam
hamper seluruhnya mengatasi segi-segi upacaranya. Bagi para santri, arti
pentingnya bukan saja terletak pada pada pengetahuan tentang seluk beluk
upacara yang dilakukan oleh kepercayaan kaum abangan tetapi dilakukan dengan
cara terutama melaksanakan shalat lima kali dalam sehari, puasa, sedekah, dll.
Tetapi juga penerapan ajaran syari’at islam dalam kehidupan.
Para santi juga bersih keras mereka adalah muslim sejati, dan
keterikatan mereka kepada agama islam menguasai sebagian besar kehidupannya.
Sikap itu terwujud dan mudah diketahui dalam pengamalan syariat.
Tapatnya, para santri lebih memperhatikan ajaran Islam dibandingkan upacaranya,
sementara para abangan menekankan perincian upacara ritual.Mereka menenggang
berbagai kepercayaan agama, karena mereka berpendapat bahwa “ada banyak jalan
sedangkan hanya ada satu kebenaran”.
Iman dan amal sholeh melakukan shalat sehari-hari dan shalat jumat
terbatas pada diri santri. Para abangan hampir tidak pernah menjalankan shalat
lima waktu dan shalat jumat. Dengan kata lain, kebiasaan menjalankan shalat
wajib membedakan seorang muslim yang shaleh maupun golongan yang patuh pada
syariat islam. Kepercayaan agama lain serta amalan manapun juga tidak dapat
diterima di dalamnya, dan juga tidak terdapat campuran kedua agama itu.
Tepatnya pola ibadah santri menarik garis antara golongan dalam dan golongan luar,
antara ummah dan bukan ummah, jelaslah antara santri dan abangan. Keikut –sertaan
dalam pola ibadah ini menunjukkan kesadaran warga umatislam, yaitu paguyuban
santri.
3. Peran Pesantren dan Santri Menghadapi Era Globalisasi.
Pondok pesantren sebagai lembaga dakwah, pengkaderan ulama’,
pengembangan imu pengetahuan (khususnya agama) dan pengembangan masyarakat,
telah mempunyai saham yang tidak kecil nilanya dalam ikut mendirikan Negara
Republik Indonesia ini.Banyak ulama’ dan para santri yang gugur dalam
memperjuangkannya.
Menjelang era tinggal landas dan menyongsong era globalisasi, ulama’ dan
pesantren perlu ditingkatkan peran sertanya dalam pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya tetap lestari, bahkan berkembang lebih mantap.
Ada beberapa jurus yang dilakukan oleh pesantren dan kaum santri dalam
menghadapi era globalisasi sesuai dengan jati dirinya.
Pertama pesantren sebagai lembaga dakwah. Dari proses ini
pesantren harus mampu menempatkan dirinya sebagai transformator, motivator, dan
innovator. Sebagai transformator, pesantren dituntut untuk bisa, mampu
mentransformasikan nilai-nilai agama islam ketengah-tengah masyarakat secara
bijaksana. Dan para santri jika mampu menggali dan merumuskan dengan baik, ia
akan merupakan pengarah dan sekaligus menjadi materi pembangunan dunia dan
bangsa Indonesia menuju perubahan kearah masa depan yang lebih cemerlang.
Sebagai motivator dan inovator pesantren, ulama’ dan kaum santri harus memberi
rangsangan ke arah yang lebih maju, terutama bagi kualitas hidup bangsa, karena
dalam kamus islam tidak dikenal adanya langkah mundur.
Kedua pesantren sebagai lembaga perkaderan ulama’.Tugas ini
sangat luhur dan tetap relavan pada tiap waktu dan tempat. Dan ulama’ merupakan
panutan yang mempunyai kedudukan yang amat strategis dalam menggerakan
masyarakat , maka pesantren yang
merupakan tempat perkaderan ulama juga mempunyai posisi yang strategis
pula, terutama di Indonesia.
Ketiga pondok pesantren sebagai lembaga pengembangan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu agama. Dengan ini pesantren memiliki peluang ntuk
menyalurkan kiprahnya kepada masyarakat, apalagi pekerjaan ini merupakan tugas
spesifik pondok pesantren yang diteladankan oleh Rasulullah saw.
Keempat pondok pesantren sebagai lembaga pengembangan
masyarakat.Pada umunya pondok pesantren hadir ditengah-tengah masyarakat yang
keadaanya masih tertinggal.Ketertinggalannya sangatlah relatif, tapi tidak
jarang kehadiran pesantren membawa perkembangan dibidang sosial dan
kesejahteraan masyarakat.Dan jurus ini untuk menghadapi dalam era globalisasi.
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
Santri adalah orang yang belajar di sekolah agama (pesantren).Banyak
faktor sosial, budaya, ekonomi dan politik yang telah mempengaruhi pertumbuhan
golongan kaum santri.Khususnya struktur pengislaman serta kelonggaran yang
diberikan kepada adat lama yang telah meratakan jalan bagi terjadinya golongan
kaum santri.Sementara sebagian orang jawa beragama islam, terdapat variasi yang
sangat luas dalam pengalaman agamanya.
Cirinya golongan kaum santri itu dapat dilihat dalam segi mengenai
ajaran dan soal-soal organisasi sosial, diantaranya kaum santri perhatian
terhadap ajaran agama islam dalam kehidupannya.
Dalam hal organisasi sosial, Islam dipandang oleh golongan santri
sebagai rangkaian lingkaran-lingkaran sosial yang meningkat dari setiap pribadi
sampai suatu ummah(umat) dan bahkan keseluruh dunia islam.
Ada beberapa kepercayaan dan adat istiadat asli yang berangsur-angsur
tersingkir sepanjang perjalanan zaman, tetapi banyak diantaranya tetap seperti
dahulu.Itulah sebabnya keberadaan golongan kaum santri dan abangan merupakan
faktor yang tak dapat ditinggalkan dalam masyarakat muslimin jawa.
Meskipun orang santri dan abangan memainkan peranan politik yang semakin
penting di Jawa, maka persaingan antara kekuatan politik islam berupa santri
dengan kekuasaan politik non-religious berupa abangan menjadi salah satu faktor
penentu bagi sejarah sosial dan politik Jawa di Negara Indonesia merdeka.
DAFTAR PUSTAKA
Zaini Muchtarom.2002.Islam di Jawa
dalam perspektif Santri dan Abangan.jakarta:Salemba Diniyah.
KH Drs A.Zaini Wahid, SH.1995.Dunia
pemikiran kaum santri.LKPSM NU DIY.
Mark R. Woodward diterjemahkan Hairus salim HS.1999.Islam Jawa kesalehan normative versus kebatinan.yogyakarta:LKis
Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar