Minggu, 04 Juni 2017

Makalah Ilmu kalam

Logo UIN.jpg

ANALISIS AJARAN ALIRAN JABARIYAH
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Sejarah Pemikiran Kalam
Dosen pengampu: Dra.Hj. Siti Munawaroh Thowaf, M.ag





Disusun oleh:

1.      Ahmad Syariful Hidayat (1604026021)
2.      Muhammad Zainul Falah (1604026022)
3.      Afifatul  Nurul Khasanah(1604026023)


                                                                             

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2016/2017



PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tentang apakah pada diri manusia itu terdapat kemampuan daya ikhtiar atau tidak, maka lahirlah Firqoh Qadariyah dan Firqoh Jabariyah sebagai indeterminisme teologi, menurutnya manusia mempunyai kebebasan menentukan nasibnya sendiri atau bebas berkehendak untuk berbuat. Karena banyak terdapat segi-segi persamaan pemikiran filsafatnya dengan Mu’tazilah, maka disebut Qadariyah Mu’tazilah. Berbeda halnya dengan Firqoh Qadariyah, maka Firqoh Jabariyah, sebagai determinisme teologis, menurutnya manusia dalam perbuatannya itu serba terpaksa atau majbur di luar daya ikhtiarnya, ibarat sehelai bulu ayam akan terbang mengikuti arah angin bertiup atau seumpama sepotong kayu mengikuti ke mana saja hempasan ombak lautan.
Paham Jabariyah timbul berawal dari daerah Jazirah Arab yang kehidupannya selalu berhadapandengan suasana padang pasir yang gersang dan tandus, hingga masyarakatnya merasa tidak mampu mengubah alam untuk di sesuaikan dengan hendak mereka. Mereka merasa lemah dan tak kuasa, menyerah kepada keadaan yang apa adanya. Kecondongan kepada hidup yang selalu pasrah membawa mereka kepada paham fatalistis.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah timbulnya aliran Jabariyah?
2.      Bagaimana ajaran dan perkembangan aliran Jabariyah?
C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui latar belakang timbulnya aliran Jabariyah.
2.      Untuk mengetahui ajaran dan perkembangan aliran Jabariyah.








PEMBAHASAN
A.    Sejarah Timbulnya Aliran Jabariyah
Secara bahasa Jabariyah berasal dari kata “jabara” yang artinya memaksa. Secara terminologis berarti suatu kelompok yang mengingkari hakikat perbuatan manusia dan menyandarkannya kepada tuhan. Menurut Harun Nasution Jabariyah adalah faham yang menyebutkan bahwa perbuatan manusia tekah ditentukan oleh Allah SWT, maksudnya adalah bahwa setiap perbuatan yang dikerjakan manusia tidak berdasarkan kehendak manusia, namun diciptakan oleh Allah SWT dan kehendaknya.[1]
Firqoh Jabariyah timbul bersamaan dengan timbulnya firqoh Qadariyah, dan tampaknya merupakan reaksi daripadanya. Daerah tempat timbulnya juga tidak berjauhan. Firqoh Qadariyah timbul di Iraq, sedangkan firqoh Jabariyah timbul di Khurasan Persia.
Pemimpinnya yang pertama adalah Jahm bin Safwan. Karena itu, firqoh ini kadang-kadang disebut al-Jahamiyyah. Ajaran-ajarannya banyak persamaannya dengan aliran Qurro’ agama Yahudi dan aliran Ya’qubiyyah agama Kristen. Mula-mula Jahm bin Safwan adalah juru tulis dari seorang pemimpin bernama Suraih bin Harits, Ali Nashar bin Sayyar dan memberontak di daerah Khurasan terhadap kekuasaan bani Umayyah. Dia terkenal orang yang tekun dan rajin menyiarkan agama. Fatwanya yang menarik adalah bahwa manusia tidak mempunyai daya upaya, tidak ada ikhtiyar dan tidak ada kasab. Semua perbuatan manusia itu terpaksa diluar kemampuannya, sebagaimana keadaan bulu ayam terbang kemana arah angin bertiup atau sepotong kayu ditengah lautan mengikuti arah hempasan ombak dan badai.
Jabariyah berpendapat bahwa hanya Allah SWT sajalah yang menentukan dan memutuskan segalam amal dan perbuatan manusia. Semua perbuatan itu sejak semula telah diketahui oleh Allah SWT. Semua amal perbuatan itu berlaku dengan qadrat dan iradatnya. Usaha manusia sama sekali bukan ditentukan oleh manusia sendiri. Qadrat dan iradat Allah SWT membekukan dan mencabut kekuasaan manusia. Pada hakikatnya segala pekerjaan dan gerak gerik manusia sehari-harinya merupakan paksaan (Majbur) semata-mata. Kebaikan dan kejahatan itu pun semata-mata paksaan pula, sekalipun nantinya manusia memperoleh balasan surga dan neraka.[2]
Pembalasan surga dan neraka itu bukan sebagai ganjaran atas kebaikan yang diperbuat manusia, dan balasan kejahatan yang dilarangnya, tetapi syurga dan neraka itu semata-mata sebagai bukti kebesaran Allah SWT dalam qadrat dan iradatnya. Namun, paham Jabariyah ini melampaui batas, sehingga mengiktikadkan bahwa tidak berdosa kalau berbuat kejahatan, karena yang berbuat itu pada hakikatnya Allah SWT. Mereka berpendapat bahwa orang itu mencuri, maka tuhan pula yang mencuri, bila orang salat maka Allah SWT yang slat. Jadi kalau orang berbuat buruk atau jahat kalau dimasukkan kedalam neraka, maka tuhan itu ntidak adil. Karena apapun yang diperbuat manusia, kebaikan ataupun keburukan, tidak satu pun terlepas dari qadrat dan iradatnya.
B.     Ajaran dan Perkembangan
1.      Doktrin (ajaran) Jabariyah Eksterm adalah:
a.       Bahwa manusia dipandang tidak mempunyai kemampuan, kehendak dan hak memilih. Hal ini karena seluruh tindakan dan perbuatan manusia itu tidak boleh lepas dari aturan, skenario, dan kehendak Allah SWT.
b.      Bahwa manusia itu tidak mampu untuk berbuat apa-apa, karena ia tidak mempunyai daya, kehendak sendiri, dan pilihan. Perbuatan-perbuatan yang diciptakan oleh Allah SWT dalam diri manusia itu tak ubahnya dengan gerak yang diciptakan Allah SWT dalam benda-benda mati.
Di antara pendapat Jahm yang berkaitan dengan persoalan teologi adalah sebagai berikut:
a.       Tentang zat dan sifat Tuhan. Ayat-ayat tentang sifat Tuhan dalam al-Qur'an dita'wil. Sebab, mengambil arti lahir akan mengundang antropomorphisme, dan ini mustahil bagi Tuhan. Tidak benar menyifati Tuhan dengan sifat yang ada pada makhluk, yang berarti tasybih. Qur'an adalah makhluk yang diciptakan Tuhan, ini kesimpulan lantaran meniadakan sifat.
b.      Jahm mengingkari Tuhan dapat dilihat besok di akhirat.
c.       Surga dan neraka akan lenyap setelah penghuninya masuk di dalamnya. Penghuni surga merasa lezat atas nikmatnya, dan penghuni neraka merasa pedih atas siksanya.
d.      Tentang iman, cukup ma'rifat kepada Tuhan saja. Sebaliknya, tidak mengetahui-Nya adalah kafir. Maka orang yang sudah ma'rifat, kemudian ingkar dengan lisannya tidak menjadi kafir, dan ia tetap mukmin. Jahm berkata: tidak ada stratifikasi dalam iman. Iman para Nabi dan iman umat Islam dalam status yang sama.
e.       Tentang perbuatan manusia. Manusia dengan segala perilakunya tak ubahnya seperti benda mati. Jahm mengingkari istita'ah atau kemampuan bertindak. Tidak ada fa'al kecuali fa'al Allah, dan semua perbuatan yang dilekatkan kepada manusia adalah majaz belaka. Seperti pohon bergoyang, planet beredar, semua dibuat oleh Allah. Sebagaimana Ia menciptakan tinggi, maka manusia menjadi tinggi, dan Ia menciptakan warna, maka menjadi berwarna.
Jelaslah bagi Jabariyah, bahwa semua perbuatan manusia ditentukan Allah, sehingga manusia seperti wayang. Besok masuk surga atau neraka juga sudah ditentukan Allah. Allah menciptakan perbuatan manusia, dan manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan oleh-Nya. Jadi baik masyi'ah, istitaah maupun fi'lul insan, semuanya ditentukan Alllah SWT.
2.      Doktrin (Ajaran) Jabariyah yang moderat
Menurut pendapat Al-khusain bin muhammad An-Najjar adalah:
a.       Bahwa Allah SWT lah yang menciptakan perbuatan manusia baik perbuatan itu positif ataupun negatif. Tetapi dalam hal melakukan perbuatan manusia itu manusia mempunyai bagian. Daya (tenaga) yang diciptakan dalam diri manusia oleh Allah swt, mempunyai efek, sehingga manusia mampu melakukan perbuatan itu. Daya yang diperoleh untuk mewujudkan perbuatan-perbuatan inilah yang kemudian disebut Kasb dan  acquistion.
b.      Allah SWT tidak dapat dilihat di akhirat namun, An-Najjar menyatakan bahwa Allah SWT dapat saja memindahkan potensi hati (Ma’rifat) pada mata sehingga manusia dapat melihatnya.






PENUTUP
Kesimpulan
Pemimpinnya yang pertama adalah Jaham bin Sofwan. Karena itu, Firqoh ini kadang-kadang disebut Al-Jahamiyah. Ajaran-ajarannya banyak persamaannya dengan aliran Qurro’ agama Yahudi dan aliran Ya’cubiyah agama Kristen. Mula-mula Jaham bin Sofwan adalah juru tulis dari seorang pemimpin bernama Suraih bin Harits, Ali Nashar bin Sayyar dan memberontak di daerah Khurasan terhadap kekuasaan Bani Umayyah. Dia terkenal orang yang tekun dan rajin menyiarkan agama. Fatwanya yang menarik adalah bahwa manusia tidak mempunyai daya upaya, tidak ada ikhtiar dan tidak ada kasab. Semua perbuatan manusia itu terpaksa (majbur) di luar kemauannya, sebagaimana keadaan bulu ayam terbang ke mana arah angin bertiup atau sepotong kayu di tengah lautan mengikuti arah hempasan ombak dan badai. Ringkasnya bahwa orang-orang Jabariyah berpendapat bahwa manusia itu tidak mempunyai daya ihktiar, merupakan kabalikan dari paham Qadariyah, yang mana semua gerak manusia dipaksa adanya kehendak Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Khunaifi, Agus. 2015. Ilmu Tauhid: Sebuah Pengantar Menuju Muslim Moderat. Semarang: Karya Abadi Jaya
Munir H. Ghazali. 2010. Ilmu Kalam, Aliran-Aliran, dan Pemikiran. Semarang: RaSail Media Group
Nasir Sahilun A. 2010. Pemikiran Kalam (Teologi Islam): Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya. Jakarta: Rajawali Pers
Tim Ulin Nuha Ma’had Aly An-Nur. 2010. “Dirasatul Firaq: Mengenal Madzhab Teologi Islam Klasik dan Aliran Sesat di Indonesia”. Solo: Pustaka Arafah








[1] Agus Khunaifi, Ilmu Tauhid Sebuah pengantar menuju muslim moderat, (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015) hlm. 154
[2] Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam) Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya, (Jakarta: Raja Wali pers, 2010) hlm. 144

1 komentar:

  1. What is an 'action sports toto' bet - Sporting 100
    The meaning of sports toto, or an 'action sports toto' bet is bet 토토사이트 type that involves predicting how the odds on the selected game will change. The difference

    BalasHapus