

ANALISIS AJARAN ALIRAN JABARIYAH
Disusun
untuk memenuhi tugas
Mata
Kuliah: Sejarah Pemikiran Kalam
Dosen
pengampu: Dra.Hj. Siti Munawaroh Thowaf, M.ag
Disusun
oleh:
1.
Ahmad Syariful Hidayat (1604026021)
2.
Muhammad Zainul Falah (1604026022)
3.
Afifatul
Nurul Khasanah(1604026023)
FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2016/2017
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tentang apakah pada diri manusia itu terdapat
kemampuan daya ikhtiar atau tidak, maka lahirlah Firqoh Qadariyah dan
Firqoh Jabariyah sebagai indeterminisme teologi, menurutnya manusia
mempunyai kebebasan menentukan nasibnya sendiri atau bebas berkehendak untuk
berbuat. Karena banyak terdapat segi-segi persamaan pemikiran filsafatnya
dengan Mu’tazilah, maka disebut Qadariyah Mu’tazilah. Berbeda
halnya dengan Firqoh Qadariyah, maka Firqoh Jabariyah, sebagai
determinisme teologis, menurutnya manusia dalam perbuatannya itu serba
terpaksa atau majbur di luar daya ikhtiarnya, ibarat sehelai bulu ayam akan
terbang mengikuti arah angin bertiup atau seumpama sepotong kayu mengikuti ke
mana saja hempasan ombak lautan.
Paham Jabariyah timbul berawal dari daerah Jazirah Arab yang kehidupannya
selalu berhadapandengan suasana padang pasir yang gersang dan tandus, hingga
masyarakatnya merasa tidak mampu mengubah alam untuk di sesuaikan dengan hendak
mereka. Mereka merasa
lemah dan tak kuasa, menyerah kepada keadaan yang apa adanya. Kecondongan
kepada hidup yang selalu pasrah membawa mereka kepada paham fatalistis.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah timbulnya aliran Jabariyah?
2. Bagaimana ajaran dan perkembangan aliran Jabariyah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui latar belakang timbulnya
aliran Jabariyah.
2. Untuk mengetahui ajaran dan perkembangan
aliran Jabariyah.
PEMBAHASAN
A. Sejarah Timbulnya Aliran Jabariyah
Secara bahasa Jabariyah
berasal dari kata “jabara” yang artinya memaksa. Secara terminologis berarti
suatu kelompok yang mengingkari hakikat perbuatan manusia dan menyandarkannya
kepada tuhan. Menurut Harun Nasution Jabariyah adalah faham yang menyebutkan
bahwa perbuatan manusia tekah ditentukan oleh Allah SWT, maksudnya adalah bahwa
setiap perbuatan yang dikerjakan manusia tidak berdasarkan kehendak manusia,
namun diciptakan oleh Allah SWT dan kehendaknya.[1]
Firqoh
Jabariyah timbul bersamaan dengan timbulnya firqoh Qadariyah, dan tampaknya
merupakan reaksi daripadanya. Daerah tempat timbulnya juga tidak berjauhan.
Firqoh Qadariyah timbul di Iraq, sedangkan firqoh Jabariyah timbul di Khurasan
Persia.
Pemimpinnya
yang pertama adalah Jahm bin Safwan. Karena itu, firqoh ini kadang-kadang
disebut al-Jahamiyyah. Ajaran-ajarannya banyak persamaannya dengan aliran Qurro’
agama Yahudi dan aliran Ya’qubiyyah agama Kristen. Mula-mula Jahm bin Safwan
adalah juru tulis dari seorang pemimpin bernama Suraih bin Harits, Ali Nashar
bin Sayyar dan memberontak di daerah Khurasan terhadap kekuasaan bani Umayyah.
Dia terkenal orang yang tekun dan rajin menyiarkan agama. Fatwanya yang menarik
adalah bahwa manusia tidak mempunyai daya upaya, tidak ada ikhtiyar dan tidak
ada kasab. Semua perbuatan manusia itu terpaksa diluar kemampuannya,
sebagaimana keadaan bulu ayam terbang kemana arah angin bertiup atau sepotong
kayu ditengah lautan mengikuti arah hempasan ombak dan badai.
Jabariyah berpendapat
bahwa hanya Allah SWT sajalah yang menentukan dan memutuskan segalam amal dan
perbuatan manusia. Semua perbuatan itu sejak semula telah diketahui oleh Allah
SWT. Semua amal perbuatan itu berlaku dengan qadrat dan iradatnya. Usaha
manusia sama sekali bukan ditentukan oleh manusia sendiri. Qadrat dan iradat
Allah SWT membekukan dan mencabut kekuasaan manusia. Pada hakikatnya segala
pekerjaan dan gerak gerik manusia sehari-harinya merupakan paksaan (Majbur)
semata-mata. Kebaikan dan kejahatan itu pun semata-mata paksaan pula, sekalipun
nantinya manusia memperoleh balasan surga dan neraka.[2]
Pembalasan surga
dan neraka itu bukan sebagai ganjaran atas kebaikan yang diperbuat manusia, dan
balasan kejahatan yang dilarangnya, tetapi syurga dan neraka itu semata-mata sebagai
bukti kebesaran Allah SWT dalam qadrat dan iradatnya. Namun, paham Jabariyah
ini melampaui batas, sehingga mengiktikadkan bahwa tidak berdosa kalau berbuat
kejahatan, karena yang berbuat itu pada hakikatnya Allah SWT. Mereka
berpendapat bahwa orang itu mencuri, maka tuhan pula yang mencuri, bila orang
salat maka Allah SWT yang slat. Jadi kalau orang berbuat buruk atau jahat kalau
dimasukkan kedalam neraka, maka tuhan itu ntidak adil. Karena apapun yang
diperbuat manusia, kebaikan ataupun keburukan, tidak satu pun terlepas dari
qadrat dan iradatnya.
B. Ajaran dan Perkembangan
1. Doktrin (ajaran) Jabariyah Eksterm adalah:
a. Bahwa manusia dipandang tidak mempunyai
kemampuan, kehendak dan hak memilih. Hal ini karena seluruh tindakan dan
perbuatan manusia itu tidak boleh lepas dari aturan, skenario, dan kehendak
Allah SWT.
b. Bahwa manusia itu tidak mampu untuk berbuat
apa-apa, karena ia tidak mempunyai daya, kehendak sendiri, dan pilihan.
Perbuatan-perbuatan yang diciptakan oleh Allah SWT dalam diri manusia itu tak
ubahnya dengan gerak yang diciptakan Allah SWT dalam benda-benda mati.
Di antara pendapat Jahm
yang berkaitan dengan persoalan teologi adalah sebagai berikut:
a. Tentang zat dan sifat Tuhan.
Ayat-ayat tentang sifat Tuhan dalam al-Qur'an dita'wil. Sebab, mengambil arti
lahir akan mengundang antropomorphisme, dan ini mustahil bagi Tuhan. Tidak
benar menyifati Tuhan dengan sifat yang ada pada makhluk, yang berarti tasybih.
Qur'an adalah makhluk yang diciptakan Tuhan, ini kesimpulan lantaran meniadakan
sifat.
b. Jahm mengingkari
Tuhan dapat dilihat besok di akhirat.
c. Surga dan
neraka akan lenyap setelah penghuninya masuk di dalamnya. Penghuni surga merasa
lezat atas nikmatnya, dan penghuni neraka merasa pedih atas siksanya.
d. Tentang iman,
cukup ma'rifat kepada Tuhan saja. Sebaliknya, tidak mengetahui-Nya adalah
kafir. Maka orang yang sudah ma'rifat, kemudian ingkar dengan lisannya tidak
menjadi kafir, dan ia tetap mukmin. Jahm berkata: tidak ada stratifikasi dalam
iman. Iman para Nabi dan iman umat Islam dalam status yang
sama.
e. Tentang
perbuatan manusia. Manusia dengan segala perilakunya tak ubahnya seperti benda
mati. Jahm mengingkari istita'ah atau kemampuan bertindak. Tidak ada fa'al
kecuali fa'al Allah, dan semua perbuatan yang dilekatkan kepada manusia adalah
majaz belaka. Seperti pohon bergoyang, planet beredar, semua dibuat oleh Allah.
Sebagaimana Ia menciptakan tinggi, maka manusia menjadi tinggi, dan Ia
menciptakan warna, maka menjadi berwarna.
Jelaslah bagi Jabariyah, bahwa semua
perbuatan manusia ditentukan Allah, sehingga manusia seperti wayang. Besok
masuk surga atau neraka juga sudah ditentukan Allah. Allah menciptakan
perbuatan manusia, dan manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan oleh-Nya.
Jadi baik masyi'ah, istitaah maupun fi'lul insan, semuanya ditentukan Alllah SWT.
2. Doktrin (Ajaran) Jabariyah yang moderat
Menurut pendapat Al-khusain bin muhammad An-Najjar adalah:
a. Bahwa Allah SWT lah yang menciptakan perbuatan
manusia baik perbuatan itu positif ataupun negatif. Tetapi dalam hal melakukan
perbuatan manusia itu manusia mempunyai bagian. Daya (tenaga) yang diciptakan
dalam diri manusia oleh Allah swt, mempunyai efek, sehingga manusia mampu
melakukan perbuatan itu. Daya yang diperoleh untuk mewujudkan
perbuatan-perbuatan inilah yang kemudian disebut Kasb dan acquistion.
b. Allah SWT tidak dapat dilihat di akhirat
namun, An-Najjar menyatakan bahwa Allah SWT dapat saja memindahkan potensi hati
(Ma’rifat) pada mata sehingga manusia dapat melihatnya.
PENUTUP
Kesimpulan
Pemimpinnya
yang pertama adalah Jaham bin Sofwan. Karena itu, Firqoh ini kadang-kadang
disebut Al-Jahamiyah. Ajaran-ajarannya banyak persamaannya dengan aliran Qurro’
agama Yahudi dan aliran Ya’cubiyah agama Kristen. Mula-mula Jaham bin Sofwan
adalah juru tulis dari seorang pemimpin bernama Suraih bin Harits, Ali Nashar
bin Sayyar dan memberontak di daerah Khurasan terhadap kekuasaan Bani Umayyah.
Dia terkenal orang yang tekun dan rajin menyiarkan agama. Fatwanya yang menarik
adalah bahwa manusia tidak mempunyai daya upaya, tidak ada ikhtiar dan tidak
ada kasab. Semua perbuatan manusia itu terpaksa (majbur) di luar kemauannya,
sebagaimana keadaan bulu ayam terbang ke mana arah angin bertiup atau sepotong
kayu di tengah lautan mengikuti arah hempasan ombak dan badai. Ringkasnya bahwa
orang-orang Jabariyah berpendapat bahwa manusia itu tidak mempunyai daya
ihktiar, merupakan kabalikan dari paham Qadariyah, yang mana semua gerak
manusia dipaksa adanya kehendak Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Khunaifi, Agus. 2015. Ilmu Tauhid: Sebuah
Pengantar Menuju Muslim Moderat. Semarang: Karya Abadi Jaya
Munir H. Ghazali. 2010. Ilmu Kalam,
Aliran-Aliran, dan Pemikiran. Semarang: RaSail Media Group
Nasir Sahilun A. 2010. Pemikiran Kalam (Teologi
Islam): Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya. Jakarta: Rajawali Pers
Tim Ulin Nuha Ma’had Aly An-Nur. 2010.
“Dirasatul Firaq: Mengenal Madzhab Teologi Islam Klasik dan Aliran Sesat di
Indonesia”. Solo: Pustaka Arafah
What is an 'action sports toto' bet - Sporting 100
BalasHapusThe meaning of sports toto, or an 'action sports toto' bet is bet 토토사이트 type that involves predicting how the odds on the selected game will change. The difference